Kamis, 16 September 2010

Tugas Sintua Pada Masa Nommensen


Apakah sebenarnya tugas kewajiban seorang penatua? Setelah Nomensen selesai menyusun sebuah buku peraturan dengan pedoman-pedomannya untuk jemaat-jemaat yang baru didirikan, dia menugaskan para penatua untuk mengamati tingkah laku setiap anggota supaya mereka benar-benar melaksanakan tata kehidupan Kristen sesuai dengan ketentuan yang diaturkan. Dalam hal ini dapat dikatakan para penatua bertugas sebagai kepala puak di kampungnya. Mereka bertugas untuk:
  • Membimbing orang-orang yang mau menjadi Kristen, supaya mereka benar-benar sadar bahwa dia harus tunduk kepada peraturan gereja selama hidupnya dan bahwa hukum ke-kristenan itu jauh berbeda dari hukum-hukum agama suku.
  • Mereka harus mengawasi supaya kebaktian-kebaktian rumah tangga yang sudah ditetapkan berlangsung dengan baik
  • Mereka juga harus mengusahakan supaya semua orang yang menderita sakit dan tidak mencari pertolongan kepada datu mendapat perawatan dan obat-obatan
  • Mereka harus mengamati supaya para wanita tidak menjungjung keranjang atau beban di atas kepala, pergi ke ladang atau sawah pada hari- hari Minggu.
  • Mereka bertugas untuk memberi pertolongan dan penghiburan kepada orang-orang yang tidak berhasil atau menganggap dirinya gagal menjadi orang Kristen.
  • Pada waktu kebaktian berlangsung para penatua duduk di depan menghadap jemaat supaya mereka dapat melihat siapa-siapa yang hadir dan tidak hadir
  • Setiap kejadian yang mengganggu kebaktian dapat mereka lihat dan jauhkan dari ruang kebaktian.
  • Mereka juga harus menjaga supaya anak-anak yang menangis, tanpa mengganggu orang lain dibawa ke luar rumah kebaktian.
  • Dalam kebaktian gereja-gereja lain para penatua duduk diantara pengunjung secara terpencar, namun demikian merekapun bertugas mengamati supaya kebaktian berlangsung dengan baik dan tertib.
Sekali dalam seminggu, semua para penatua akan berkumpul di rumah pendeta atau missionaris untuk membicarakan pekerjaan mereka dalam minggu yang lampau dan untuk megadakan rencana kerja untuk Minggu berikutnya. Dalam kesempatan itu jugalah para penatua dapat meminta petunjuk dan penjelasan tentang kesulitan-kesulitan yang mereka hadapi dalam pekerjaan mereka. Selain itu dalam pertemuan mingguan itu juga dibahas beberapa bagian dari Alkitab. Pengetahuan yang mereka peroleh dalam pembahasan itu harus mereka beritahukan kepada orang-orang di desa atau sektor masing-masing. Oleh karena pendeta atau Missionaris tidak akan mampu mengunjungi sendiri semua orang sakit mengingat pelayanan-pelayanan lainnya, para penatualah yang disuruh mengadakan kunjungan untuk memperoleh data serta gambaran tentang keadaan norang sakit itu untuk disampaikan kemudian kepada missionaris untuk mendapatkan petunjuk mengenai cara pengobatannya. Untuk para penatua sendiri, kunjungan kepada orang sakit itu akan memberi peluang untuk melakukan tugas perawatan rohani, tidak hanya kepada orang sakit itu sendiri, tetapi juga terhadap anggota keluarga dan sahabat yang hadir di sana. Hidup kerohanian jemaat benar-benar diperhatikan, di jaga oleh para penatua supaya mereka jangan menyembah begu atau datu.
Dengan uraian ini jelaslah apa yang diharapkan Nomensen dari para penatua angkatan pertama yaitu supaya mereka menjadi teman sekerjanya untuk mengerjakan tugas-tugas misi dalam soal perawatan orang sakit dan pelayanan pastoral. Dengan demikian kedudukan penatua dalam pelayanan sangat berarti dalam melaksanakan pelayanan kerohanian anggota jemaat.
Biasanya pada hari Sabtu atau Minggu pagi bila di jemaatnya belum diadakan pertemuan penatua, para penatua pergi ke tempat missionaris untuk melaporkan jalannya pelayanan serta hal-hal yang terjadi di desa atau daerah masing-masing seperti kematian, kelahiran dan soal-soal lain untuk diberitakan dalam berita jemaat pada hari Minggu. Pada hari itu para penatua sama sekali tidak mengurus atau pekerjaan sehari-hari mereka sendeiri.
B. Pemberdayaan Sintua Pada Masa Nommensen
Kendati sudah banyak tugas-tugas yang disebut sebagai tugas penatua, daftar tugas-tugas itu belum seluruhnya disebut. Kunjungan rumah tangga adalah salah satu pelayanan yang dilaksanakan dengan metode berpasangan.
  • Pasangan yang pertama diutus untuk mengunjungi kepala kampung, kepala suku dan penatua yang sudah beberapa waktu tidak datang ke gereja.
  • Pasangan kedua ditugaskan untuk menemui ibu-ibu dan bila perlu memberi peringatan yang keras kepada bagi mereka yang sering melakukan pekerjaan di sawah atau ladang pada hari Minggu
  • Pasangan ketiga diutus untuk menjumpai para pemuda yang menjauhi kebaktian karena merasa takut atau malu atas perbuatan mereka sebagai penjudi, pemaok. Mereka harus ditegur dan dinasihati.
  • Sepasang penatua lain akan mengunjungi gadis-gadis supaya mereka tidak menyianyiakan kesempatan yang tersedia untuk mengejar pengetahuan.
  • Para pedagang juga mendapat giliran untuk dikunjungi memberi peringatan atau nasihat supaya pada hari-hari Minggu mereka tidak berjualan dan sekali-kali jangan memamerkan barang dagangan mereka.
Berkunjung secara berpasangan ini mulai disusun tahun 1908. Dengan demikian penatua merupakan pembantu yang sangat dibutuhkan dalam pelayanan jemaat. Mereka menyebut mereka sebagai ”tentara keselamatan”. Salah satu tugas ”tentara keselamatan” yang perlu dikemukan di sini ialah mengumpulkan sumbangan atau guguan.
Pada waktu para misionaris menyusun pedoman dan ketentuan yang diuraikan di atas, para penatua masih tetap berada dalam suatu zaman di mana mereka dapat meluangkan waktu yang cukup banyak untuk mengikuti kursus dan pembahasan Alkitab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar